Surga nanti adalah tempat kembali yang menyenangkan, diberikan kepada
hamba yang beriman, serta tempat berkumpul orang-orang yang banyak
beramal saleh. Keluarga juga akan ber-reuni di surga.
“(Yaitu)
Surga ‘Adn mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari
bapak ibu dan nenek moyangnya, suami-istrinya, serta anak cucu dan
keturunannya.
Dan para Malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua
pintu. (Sambil mengucapkan), “Selamat sejahtera atasmu karena
kesabaranmu”. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu. (QS AR
Ra’du 23-24.)
Sementara itu neraka adalah tempat yang buruk.
“Dan orang-orang yang melanggar janji kepada Allah setelah diikrarkan,
dan memutuskan apa yang diprerintahkan Allah untuk disambungkan, dan
berbuat kerusakan di muka bumi, mereka memperoleh kutukan dan tempat
kediaman yang buruk (Neraka Jahannam)” (QS Ar Ra’du 25).
Seorang
ahli zuhud kenamaan Ibnu as Sammak mengunjungi saudaranya yang ingin
meminta nasihat kepadanya. “Wahai Ibnu as Sammak, kedudukan nasihat bagi
telinga ibarat tabib bagi orang sakit, maka siramilah aku sedikit saja
dengan nasehatmu”.
Dengan suara datar Ibnu as Saammak kemudian
berkata, “Tidakkah engkau khawatir jika kesalahan-kesalahanmu tidak akan
dihapus dan dosa-dosamu tidak diampuni ? Lalu di hadapanmu ada
kegelapan, kengerian, dan kepedihan. Yang pertama kegelapan alam kubur,
kemudian kedahsyatan alam mahsyar, kemudian kegetiran alam penantian,
kemudian ketegangan alam titian dan timbangan amal, kemudian putuslah
harapan, kemudian Yang Maha Raja dan Yang Mahatinggi memberi ketetapan
!”
Orang itu bertanya, “Kemudian apa setelah itu ?”
Ibnu
as Sammak meneruskan, “Memikul beban amal sendiri dan masuk neraka. Yang
lebih menyiksa dari itu adalah celaan dan kutukan Dzat Yang Maha Raja,
Yang Mahatinggi!”
Dalam riwayat diterangkan bahwa di
samping tentang keabadian neraka juga ada proses pembersihan yang
kemudian membawanya ia ke dalam surga. Allah Yang Maha Penyayang
menunjukkan kemurahan kepada hamba-hamba-Nya yang meski berdosa namun
tetap diberi rahmat pada akhirnya.
Dari Abdullah Ibnu Mas’ud
r.a katanya, “Bersabda Rosulullah SAW : Saya mengetahui orang yang
terakhir keluar dari neraka dan terakhir pula masuk surga, yaitu seorang
laki-laki yang keluar dari api neraka sambil merangkak.
Berkata Allah Ta’ala kepadanya: “ Pergilah engkau masuk surga !”
Orang
itu pun segera berjalan. Sesampai di sana dilihatnya seolah-olah surga
telah penuh sesak. Orang itu lalu kembali dan berkata : “Ya Allah !
hamba dapati surga itu telah penuh.”
Berkata Allah Ta’ala
kepadanya, “Pergilah masuk !“ Orang itu kembali lagi dan dilihatnya
masih dalam keadaan penuh, karena itu ia kembali pula menghadap Allah
mencerirakan keadaannya seperti semula.
Demikianlah orang itu
pulang pergi berkali-kali antara surga dan hadirat Allah Ta’ala.
Akhirnya Allah berkata kepadanya : “Masuklah engkau ke dalam surga ini.
Untukmu seluas dunia dan ditambah sepuluh kali seluas dunia !”
Maka berkata orang itu , “Apakah Tuhanku mengejek hamba, padahal Tuhanku adalah Raja ?”
Kata
Abdullah, “Saya lihat Rasulullah SAW tertawa sehingga tampak gerahamnya
seraya berkata,“Orang itulah yang dikatakan penghuni surga yang
terendah derajatnya”. (HR Muslim).
Dalam Hadis Muslim yang lain
dari Abu Dzar ra katanya, ”Bersabda Rasulullah SAW : saya mengetahui
orang yang terakhir keluar dari api neraka dan terakhir pula masuk surga
yaitu seorang laki-laki yang dibawa di hari kiamat lalu dikatakan
dihadapannya : ”Perlihatkanlah kepadanya dosa-dosa yang ringan dan
dikatakan kepadanya ‘Pada hari anu dan hari-hari anu engkau telah
berbuat ini berbuat itu’ Jawab orang itu ‘Benar !”
Dan tidaklah
ia dapat mangkir, sedangkan dia khawatir akan diperlihatkan dosa-dosa
yang berat berat. Maka dikatakan kepadanya :”Perbuatanmu yang buruk
telah diganti dengan kebajikan”.
Maka berkatalah orang itu, “Ya
Allah! hamba telah berbuat ini dan itu yang belum diperlihatkan!” Kata
Abu Dzar, “Kulihat Rasulullah SAW tertawa sehingga tampak gerahamnya”.
Orang
terakhir yang masuk surga adalah orang terselamatkan bukan karena
amalnya, tapi karena anugerah Allah. Happy ending mewarnai akhir
episode dari dinamika kehidupan manusia yang berdosa, bodoh, lugu, dan
banyak membantah.
Tersirami oleh air kesejukkan Allah yang Maha
Pemurah. Rasulullah SAW pun tertawa hingga tampak gerahamnya. Gembira
melihat umatnya selamat.